Mahasiswa STKIP Gotong Royong Masohi Sulap Tanaman Lokal Jadi Salep Herbal Obati Luka Bakar

Masalah luka bakar sering kali menjadi permasalahan kesehatan yang sangat berbahaya, bahkan bisa menyebabkan kematian. Penyebab luka bakar sering kali dipicu oleh kontak dengan sumber panas, seperti api, listrik, air panas, bahan kimia, dan radiasi. 
Data WHO menunjukkan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah kematian akibat luka bakar terus meningkat. WHO mencatat ada sekitar 265.000 kematian yang disebabkan oleh luka bakar (Insan, 2017). Di Indonesia sendiri, terdapat 3.518 kasus kematian akibat masalah luka bakar.
Dalam menghadapi permasalahan ini, tiga mahasiswa Program Studi Biologi, STKIP Gotong Royong Masohi berinovasi dengan menciptakan salep untuk mempercepat proses penyembuhan luka bakar. Mereka adalah Indri Ani Yonatang (Ketua Tim), Suryastrid Marasabessy (Anggota 1), dan Kurnia Wati Tihurua (Anggota 2).
Uniknya, salep yang mereka buat berasal dari tumbuhan lokal yang biasanya ditemukan di hutan-hutan di Pulau Seram. Tanaman yang menjadi bahan dasar pembuatan salep adalah paku rane, yang orang Maluku biasa menyebutnya “rutu-rutu.”
Dengan memanfaatkan program pendanaan Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Riset eksata tahun 2023, mereka berhasil melakukan riset terkait pembuatan salep yang diberi nama “SADAPAE.”
 
SADAPE (Salep Daun Paku Rane)
Lewat proses bimbingan dosen pembimbing mereka Kevin Tamaela, S.Pd,. M.Pd, ketiga mahasiswa tersebut berhasil menyelesaikan riset dan temuan tersebut, yang menghabiskan waktu sekitar tiga bulan.
Salep yang dibuat oleh mereka diberi nama SADAPE, yang berarti “Salep Daun Paku Rane”, sesuai dengan namanya, salep ini terbuat dari daun paku rane.

Daun Paku Rane

Gambar: Daun Paku Rane

Paku rane (Selaginella canaliculata) sering digunakan sebagai obat tradisional. Biasanya, orang Maluku menggunakan daun ini untuk menyembuhkan luka dengan cara mencuci, menghancurkan daun, dan menempelkannya.
“Alasan kami bertiga memilih tumbuhan paku rane sebagai bahan baku pembuatan salep ini karena hasil survei literatur menunjukkan bahwa daun paku rane mengandung senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid, saponin, dan tanin yang memiliki sifat antibakteri dan antioksidan,”  Ungkap Indri Ani Yonatang selaku Ketua Tim.
 Indri menambahkan bahwa kandungan senyawa dalam daun paku rane dianggap sebagai kandidat yang baik untuk proses penyembuhan luka.

“Tim kami merasa bahwa pemanfaatan tumbuhan tradisional masih minim dalam penelitian ilmu biologi dan kesehatan, padahal tanaman tradisional memiliki sejuta manfaat di dalamnya. Sejumlah peneliti telah menunjukkan dalam berbagai jurnal ilmiah bahwa tanaman tradisional memiliki potensi luar biasa dalam proses penyembuhan luka,” tambah Indri.
Indri menjelaskan bahwa tanaman tradisional memiliki banyak senyawa aktif yang dapat merangsang pertumbuhan sel baru, membantu proses penyembuhan luka lebih cepat, dan memiliki efek samping yang sangat minim.
Salep yang mereka buat berhasil digunakan untuk proses penyembuhan luka bakar, namun masih memerlukan inovasi lebih lanjut agar salep hasil inovasi ini dapat dipasarkan dan digunakan secara lebih luas oleh masyarakat.
Diharapkan lewat inoivasi ini akan menjadi sumber informasi bagi dunia Pendidikan dan Masyarakat umum mengenai salep berbahan ekstrak daun paku rane yang menjadi solusi dalam proses penyembuahan luka bakar. Serta dapat meninghkatkan pemanfaatan sumberdaya alam, khususnya yang berasal dari Maluku.

Anda mungkin juga menyukai ini